Lingkaranrakyat.com | DENPASAR — Sejak adanya instruksi Pemerintah dengan menjaga jarak sosial (Sosial Distancing) dan gaung beraktivitas di rumah saja (WFH), sektor pariwisata menjadi lesu dan tidak berdaya . Bahkan, kelesuan itu sudah dirasakan sebelum Indonesia mengumumkan ada pasien positif Covid-19 pada awal Maret 2020 lalu.
Sejumlah stimulus yang disiapkan pemerintah untuk membangkitkan sektor pariwisata tidak mampu membendung dampak negatif Covid-19. Penutupan Hotel, villa, restoran dan berbagai kegiatan wisata dengan pengurangan jumlah karyawan bahkan ada yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara massal yang terjadi di semua sektor pariwisata juga berdampak cukup signifikan.
Demikian disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah bidang Seni Budaya Olahraga dan Pariwisata, Rachmatulloh Baja, Kamis (20/8/2020).
Dijelaskan, terkait kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat menunda dibukanya kembali Bali untuk wisatawan mancanegara harusnya dapat memberi solusi untuk pemerintah daerah dalam memulihkan kembali sektor pariwisata, terlebih Bali yang sangat bergantung pada sektor ekonomi pariwisata.
“Menyikapi adanya permasalahan dan dampak besar yang terjadi akibat pandemi Covid-19 pada sektor pariwisata, kami mendorong kepada Pemerintah Pusat, stakeholder yang memiliki agenda-agenda penting, untuk memilih lokasi acara di pulau Bali, sebagai bukti bahwa Pemerintah Pusat memberikan solusi yang menguntungkan bagi Pemerintah Provinsi Bali,” tuturnya.
Bali sudah membuka diri untuk wisatawan domestik akhir bulan Juli, secara otomatis semua stakeholder pariwisata sudah memiliki standard dan menerapkan protokol kesehatan sesuai kebijakan dari pemerintah pusat, sehingga wisatawan domestik bisa berkunjung ke Bali dengan aman dan nyaman tanpa ada rasa ketakutan.

“Secara khusus seyogyanya masyarakat Indonesia juga perlu saling menguatkan dengan cara bergotong royong, bahu membahu mempromosikan dan melakukan aktifitas ataupun kegiatan untuk berkontribusi secara maksimal,” jelasnya.
Seperti diketahui, peningkatan wisatawan domestik yang datang ke Bali melalui jalur darat dan bandara sejak dibuka bulan Juli mengalami peningkatan walau tidak signifikan.
“Semoga kondisi pandemi Covid-19 berangsur hilang dan keberlangsungan pariwisata Bali dibuka untuk wisatawan mancanegara,” tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Edo Dones pengusaha Pest Control (pengendalian hama) di Bali, mewakili pengusaha yang bergerak di bidang jasa pengendalian hama, bahwa di masa pandemi Covid-19 grafik hama mengalami pelonjakan, namun pelaku bisnis pariwisata banyak yang tidak menggunakan jasa pest control. Padahal pekerjaan jasa pengendalian hama tentunya sangat banyak berkontribusi dalam menjaga kesehatan lingkungan.
“Dengan adanya Covid-19 banyak pelaku bisnis pariwisata yang tidak menggunakan lagi jasa pest control dikarenakan hotel, villa, maupun restoran tidak lagi beroperasi, padahal grafik hama mengalami lonjakan populasi seperti kecoa, nyamuk, semut dan serangga hama pemukiman lainnya dikhawatirkan dapat menimbulkan penyakit seperti DBD, Leptospirosis, Pes, Diare, Chikungunya dan sebagainya,” jelas Edo yang juga ketua bidang Sosial Kemasyarakatan FOKAL IMM Bali.
Ia juga berharap pemerintah pusat memberikan solusi alternatif untuk keberlangsungan sektor pariwisata Bali di masa pandemi Covid-19.
“Pemerintah pusat semestinya memberikan solusi alternatif dan kongkrit, sehingga aktifitas di sektor pariwisata bisa berjalan walau tidak maksimal ditengah pandemi Covid-19,” pungkasnya.