Lingkaranrakyat.com Di tengah maraknya berita mencemaskan terkait pertambahan pasien positif terpapar dan korban meninggal dunia karena penyakit Covid-19, kabar baik hadir di tengah-tengah sebuah keluarga sederhana di Desa Penyak, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah (Propinsi Kepulauan Bangka Belitung). Masanto, putra kedua dari pasangan Almarhum H. Masyahit dan Hj. Zuriati berhasil meraih jenjang pendidikan Doktor Ilmu Pertanian dari Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Dia berhasil mempertahankan disertasinya tentang suatu penyakit pada buah kakao di depan delapan orang penguji dari Indonesia dan Jepang pada tanggal 13 Maret 2020 lalu.
Kemudian, kondisi pembatasan dalam rangka pencegahan penularan penyakit Covid-19 mengharuskannya menyelesaikan segala proses perbaikan setelah ujian disertasi dan rapat kelulusan dari rumah. Bahkan, seremonial wisuda pun ditiadakan sehingga diganti dengan pengambilan ijazah kelulusan pada tanggal 22 Juli 2020 mendatang.
Pencapaian derajat doktor ini mengukir sejarah tersendiri bagi masyarakat Desa Penyak karena merupakan satu-satunya putra desa atau bahkan mungkin putra daerah Bangka Tengah yang berhasil memperolehnya. Sebenarnya, ini bukan prestasi pertama bagi pria kelahiran 9 Apriil 1984 atau sekitar 36 tahun silam ini.
Sebelumnya, sewaktu menamatkan pendidikan di SMP Negeri 1 Koba pada tahun 1999, Masanto pernah mendapatkan nilai evaluasi murni (NEM) hampir sempurna, yaitu 49,85 untuk lima mata pelajaran dan merupakan angka tertinggi se-Pulau Bangka dan Belitung waktu itu. Selama berkarir di Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian pada tahun 2011 adik dari Susana ini pernah menempati posisi sebagai peserta terbaik pertama dalam pelatihan dasar teknik perkarantinaan yang diselenggarakan selama hampir empat bulan dan melibatkan petugas karantina tumbuhan se-Indonesia.
Apabila ditelusuri latar belakangnya, lulusan Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian UGM ini berasal dari keluarga sederhana. Kedua orang tuanya telah lama menggantungkan ekonomi keluarga dengan berjualan bakso di sekitar Desa Penyak sampai kemudian mendirikan rumah makan kecil-kecilan dekat pinggiran pantai di ujung desa.
Akan tetapi, semangat dan ketekunannya dalam menuntut ilmu sudah tampak sejak lulus sekolah dasar di SD 11 Koba (dulu SDN 190 Penyak) dan bisa dikatakan di atas rata-rata. Bahkan, itu ia tularkan ke adik bungsunya, Nani Lidia, sehingga bisa lulus Sarjana Hukum Islam dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Perjalanan menempuh pendidikan doktoral menurut Masanto memang tidak ringan. Apalagi dia menjalani proses ini dalam kondisi sudah berumah tangga sambil membesarkan kedua buah hatinya. Kendala yang dihadapi pun tidak hanya terkait akademis, tetapi juga masalah-masalah non akademis lainnya. Dia sangat bersyukur karena semua keluarganya sangat mendukung perjalanan hidup yang dia pilih ini sehingga setiap masalah yang dihadapi menjadi tidak membebani lantaran doa restu yang senantiasa mengalir dari keluarga.
Selain itu, fasilitas beasiswa yang diterimanya dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Kementerian Pertanian membuat beliau tetap bisa menafkahi anak dan istri. Beasiswa tersebut bukan yang pertama bagi penggemar sepak bola dan bulu tangkis ini. Semasa S1 di UGM, dia pernah mendapatkan beasiswa dari Yayasan Supersemar sampai lulus kuliah. Begitu pula ketika S2 di Malaysia, biaya hidup dan perkuliahannya secara penuh didanai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Kerajaan Malaysia.
Syarat kelulusan untuk jenjang S3 memang tidak mudah. Ada kewajiban publikasi ilmiah di jurnal internasional dari hasil penelitian yang harus dipenuhi. Namun, bekal kebiasaan menulis publikasi ilmiah sewaktu pendidikan master, lulusan Master of Science dari Fakulti Pertanian, Universiti Putra Malaysia ini berhasil mempublikasikan tiga tulisan ilmiah di jurnal internasional bereputasi.
Tulisan keempat sedang dalam menunggu keputusan dari pihak jurnal. Bahkan, di tengah masa menunggu mulai aktif bekerja kembali, Suami dari Rani Risna Atmasari ini mempersiapkan tulisan kelima yang merupakan telaah terkait penelitian disertasinya.
Sampai saat ini, delapan publikasi ilmiah telah ia tulis dan berhasil diterbitkan di jurnal nasional terakreditasi dan jurnal internasional bereputasi. Kesemuanya ditulis dalam bahasa inggris.
Begitu pula dengan skripsi S1, tesis S2 dan disertasi S3 nya. Ketekunan berlatih menulis dan menghadiri forum ilmiah tingkat nasional dan internasional menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa yang telah mendarah daging bagi kakak Undiyansah ini.
Ketertarikannya pada dunia pertanian memang sudah ada sejak masih duduk di sekolah menengah atas. Sepulang sekolah dari SMU Negeri 1 Koba, Masanto selalu menyempatkan diri mengolah sebidang tanah milik keluarga di Desa Penyak untuk ditanami berbagai tanaman kebutuhan sehari-hari rumah tangga.
Sekarang ini pun, sebelum beraktivitas kembali sebagai Aparat Sipil Negara di Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, ayah dari Mazaya Nur Absarina Tsaqiif dan Almahira Khairinniswa Zavarani Tsaqiif ini rutin memperbanyak dan merawat tanaman hias di pekarangan rumahnya di Tegalsari, Kelurahan Bergaslor, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang (Propinsi Jawa Tengah).
Jauh dari tanah kelahiran tidak membuatnya berhenti memberikan kebanggaan pada keluarga dan kampung halaman karena jiwa merantaunya memang sudah tertanam sejak hendak berkuliah di UGM pada tahun 2002 yang kemuudian dilanjutkan dengan S2 di Malaysia. Selama bekerja di Badan Karantina Pertanian pun, Pejabat Karantina Pertanian ini pernah menetap selama hampir empat tahun di Pulau Biak (Propinsi Papua). Bahkan, beliau harus ikhlas berpisah sementara dari keluarga ketika melakukan tahapan penelitian disertasinya di Gifu University, Jepang selama enam bulan. Selamat mengabdi ya Bapak Dr. Masanto, S.P., M.Sc. Sukses dan sehat selalu.(BD)
editor bung dodoy